Anak Pinggiran Berprestasi
(By. Bertha)
Namaku
Ridwan, seorang anak di pinggiran kota Jakarta yang beruntung masuk ke sebuah
SMP Negeri Bertaraf Internasional. Itu pun karena bantuan beasiswa dan nilai ku
yang cukup memuaskan. Aku hanya seorang anak tukang Siomay yang hidup sederhana.
Aku dan keluargaku hanya hidup bergantung pada Siomay jualan Ayahku, dan Ibuku
yang seorang buruh cuci. Aku juga mempunyai seorang adik perempuan yang masih
duduk di bangku SD. Walau kami miskin, tapi aku dan adikku bertekad untuk
memajukan keluarga kami. Kami selalu berusaha membanggakan kedua orang tua
kami. Dan kami pun memiliki cita-cita yang ingin kami capai suatu saat nanti.
Aku
memiliki dua orang sahabat dekat, yaitu Mirza dan Reika. Mirza seorang anak
pejabat kaya yang cukup pandai, dan mudah bergaul dengan siapa saja. Sedangkan
Reika adalah seorang anak pengacara terkenal, yang ceria dan pandai di bidang
Sejarah. Reika pun sama seperti Mirza, mudah bergaul dengan siapa saja dan
tidak pernah membeda-bedakan teman. Aku merasa sangat beruntung bersahabat
dengan kedua anak itu. Mereka sering bermain ke rumahku, dan aku pun sering
bermain ke rumah mereka.
Pagi
ini aku sudah siap berangkat ke sekolah dengan sepeda tuaku yang sedehana.
Walau jelek rupanya, tapi sangat berguna menemaniku pergi ke sekolah. Sesudah
pamit pada kedua orang tuaku, aku pun mengeluarkan sepedaku dan langsung
berangkat. Namun di tikungan jalan, entah apa yang kupikirkan sehingga aku
tidak melihat ada sebuah Honda Jazz hitam yang berjalan dengan kecepatan cukup
tinggi dan sudah siap melindasku jika aku tidak segera minggir. Seketika mobil
mahal itu mengerem mendadak dan membunyikan klakson dengan keras. Ciiittttt……….
“Hei,
pasang matamu jika menyepeda!” hardik orang yang nyaris menabrak itu. Kutatap
orang itu sejenak, dan kulirik seorang anak yang duduk di sampingnya. “Mirza
dan kakaknya, Fathur.” Kataku dalam hati. “Maaf,” ucapku lirih. “Astaga
Ridwan?! Maafkan kakakku yang sudah marah-marah padamu!” kata Mirza kaget dan
menyesal. “Iya tidak apa-apa. Aku yang seharusnya minta maaf, karena aku yang
salah,” balasku. “Syukurlah kalau kamu sadar. Dasar anak kampung!” kata Fathur
dengan kasar dan bersikap menghina. “Hush, kakak tidak boleh bicara seperti
itu! Biar anak kampung, tetapi Ridwan pandai,” kata Mirza membelaku. “Sudahlah
Mirza, tidak usah kamu membela anak kampung seperti ini! Hanya buang-buang
waktu. Ayo berangkat!” paksa Fathur pada Mirza. “Tidak usah kak, saya turun
disini saja, biar saya berjalan bersama Ridwan.” Kata Mirza. Mirza pun turun,
dan Fathur kembali mengegas mobilnya dan ngebut bagai angin.
Fathur
adalah kakak kelas di sekolah Ridwan dan sahabat-sahabatnya. Fathur memang
tidak terlalu menyukai Ridwan. Fathur memiliki seorang teman yang bernama
Yusuf. Yusuf pun adalah anak seorang pejabat kaya raya. Fathur dan Yusuf memang
sangat membenci Ridwan. Itu karena Ridwan pernah memergoki dan melaporkan pada
guru bahwa Fathur dan Yusuf merokok di sekolah. Padahal di sekolah mereka sudah
ada larangan untuk tidak boleh merokok. Sejak saat itu Fathur dan Yusuf sangat
membenci Ridwan. Mereka selalu menghina dan merendahkan Ridwan. Namun ada Mirza
dan Reika yang selalu membela dan tetap mau bersahabat dengan Ridwan. Walau
terkadang Ridwan sedih dihina seperti itu, namun tekadnya tetap kuat ingin
memutar roda hidup keluarganya menjadi lebih baik.
“Hari
ini kita ulangan Matematika anak-anak!” kata pak guru pagi itu. Langsung saja
terdengar kegaduhan disana-sini. Kebanyakan dari para siswa kaget karena mereka
belum siap dan sama sekali belum belajar. Berbeda dengan Ridwan, Mirza, dan
Reika yang selalu siap kapan saja. Mereka dapat mengerjakan soal-soal dengan
mudah walau seringkali diganggu oleh anak lain yang ingin mencontek pekerjaan
mereka bertiga. Namun mereka bertiga sama sekali tidak mau mencontek dan
dicontek. Akhirnya waktu ulangan pun berakhir. Terdengar kembali suara
kegaduhan yang sama seperti saat ulangan akan dimulai. Para siswa kesal karena
sebagian dari mereka ada yang belum selesai mengerjakan. Sementara Ridwan,
Mirza, dan Reika langsung mengumpulkan pekerjaan mereka dan bergegas keluar
kelas menuju kantin sekolah.
“Hei
Ridwan, mengapa dari tadi mukamu ditekuk begitu? Tersenyumlah Wan!” kata Reika
membuyarkan lamunan Ridwan yang sedang duduk tanpa melakukan apa-apa. “Ah
Reika, aku tidak apa-apa! Hanya sedikit mengantuk saja.” Kata Ridwan yang
mencoba menutupi perasaannya. “Kamu yakin? Soalnya mukamu sangat pucat Rid,”
Tanya Reika lagi. “Apa kamu masih terpikir peristiwa tadi pagi?” kali ini Mirza
yang bertanya. “Eh tidak kok, Za! Aku sudah melupakan masalah itu.” Jawab
Ridwan. “Hey, memangnya ada masalah apa? Mengapa kalian tidak bercerita
padaku?” Tanya Reika penasaran. “Ah tidak ada apa-apa kok, Rei. Hanya sedikit
salah paham dengan kak Fathur saja.” Jawab Mirza. “Oh begitu” kata Reika cukup
mengerti dan kembali meminum Jus Jeruknya. Tak terasa bell masuk pun berbunyi,
aku dan kedua sahabatku langsung kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran
berikutnya. Dan ternyata ada kejutan lain menantiku di kelas…
“Selamat
siang anak-anak, maaf saya mengganggu sebentar,” kata pak kepala sekolah yang
sedang masuk di kelasku. “Siang pak!” jawab seluruh murid kompak. “Begini, saya
sudah mengecek nilai Matematika dari semua siswa di sekolah ini. Dan setelah
saya dan semua guru melakukan rapat, kami memutuskan bahwa Ridwan Ferdinand
yang akan mewakili sekolah kita untuk Olimpiade Matematika di Singapura bulan
depan.” Kata kepala sekolah panjang lebar. Hening sejenak di kelas itu. Namun
kemudian semua murid bertepuk tangan dan bersorak karena teman mereka lah yang
berhasil mendapatkan kesempatan emas itu. “Selamat ya Rid!” itulah kata yang
beribu-ribu kali diucapkan oleh semua teman-temannya. Ridwan hanya bisa
tersenyum dan menangis. Bukan tangisan kesedihan, tetapi tangisan kebahagiaan.
Inilah awal yang baik dari seorang Anak Pinggiran Berprestasi.....***
Kujaga Hatimu
(By. Bertha)
“Mbak, sarapan dulu mbak…” kata seorang perawat wanita yang
membangunkanku pagi itu. Namaku Felly, aku menderita penyakit yang cukup parah,
yaitu penyakit hati. Aku tidak terlalu tau apa nama penyakit itu, karena
namanya agak rumit dan susah untuk diingat. Yang aku tau, harus ada anggota
keluarga yang mau menyumbangkan hatinya untukku. Tentu saja tidak mudah, mana
ada orang mau bunuh diri sendiri dengan hidup tanpa hati. Aku sudah pasrah,
tetapi aku masih percaya pada muzizat dan tetap berdoa mohon kesembuhan.
“Iya
makasih suster,” jawabku pada suster tersebut.
“Mau saya
suapi mbak Felly?” Tanya suster itu dengan lembut.
“Eh, ngga
usah mbak, makasih. Saya bisa makan sendiri,” kataku.
“Oh ya
sudah, saya tinggal dulu.” Dan perawat itu pun berlalu.
Ceklekk….
“Pagi
Felly!” sapa ibuku yang baru saja datang.
“Pagi juga
mama,” jawabku agak lemas.
“Loh, kok
lemes? Makannya kurang ya? Mau mama belikan makanan lagi?” Tanya ibuku.
“Engga ma,
makasih. Felly mau istirahat aja,” jawabku dan akupun berbaring di tempat
tidurku, sementara ibuku duduk di kursi samping tempat tidurku.
“Ma..”
“Iya
sayang?”
“Kapan
Felly sembuh?” kali ini ibuku diam dan hanya menatapku prihatin. Kemudian
menggenggam erat tanganku.
“Kamu sabar
ya sayang, pokoknya kamu harus semangat hidup dan tetap berdoa padaNya, niscaya
kesembuhan itu hadir,” kata ibuku bijaksana.
Aku hanya menatap kosong ke arah jendela didekat tempat
tidurku. Kulihat bunga-bunga indah warna-warni bermekaran dan kupu-kupu
berterbangan di sekeliling taman rumah sakit itu. Andai hidupku seindah taman
itu, pikirku sambil berangan…
Bosan, selalu bosan. Membosankan berada di tempat ini.
Walaupun ber AC, memiliki TV, kulkas kecil, dan fasilitas lainnya, tapi berada
di tempat ini seperti di penjara bagiku. Selalu tidur, duduk, disertai
bau-bauan berbagai macam obat yang berbeda-beda tiap harinya. Kapan aku sembuh
! begitu pikirku tiap hari. Hampir putus asa aku memikirkan hidupku yang
malang, tetapi disaat aku risau atau sedih, bergantian berbagai orang datang menghiburku.
Mulai dari ibu, ayah, sahabat, hingga kakak perempuanku satu-satunya. Demi
menyenangkan mereka, aku tetap tersenyum walau tak kuasa menahan air mata…
“Ryn,
bagaimana keadaan adikmu?”
“Adikku
masih seperti biasa Dev, tetap di rumah sakit tanpa perubahan sedikitpun..”
“Hmm, kamu
sabar ya Ryn! Berdoalah, Tuhan pasti membantu,”
“Iya,
setiap hari aku selalu berdoa.”
“Oh ya,
bagaimana kalau nanti setelah pulang kita menjenguk adikmu di rumah sakit?”
“Kamu mau
menemaniku?”
“Tentu
saja! Masa aku yang mengajak sementara aku tidak ikut, haha”
“Baiklah.
Terima kasih ya Devi, kamu sahabatku yang paling baik”
“Iya Ryn,
itulah guna sahabat, selalu menemani di suka maupun suka”
Ryn dan Devi pun masuk ke kelas masing-masing karena bell
telah berbunyi…
“Ma, nanti
kak Ryn kesini tidak?” tanyaku pada ibuku disamping
“Iya
sayang, tadi kakakmu sudah sms, katanya dia akan kesini sama temannya,” jawab
ibuku.
“Siapa ma?”
tanyaku lagi
“Mungkin
Devi, karna hanya dia yang dekat dengan Ryn.”
“Ohh”
balasku, dan aku pun tertidur karena pengaruh obat yang memiliki efek kantuk
tinggi.
Tok..tok..tok..
“Silahkan
masuk!” sahut ibuku
“Bu, ibu
dipanggil oleh dr.Ferdinand,” kata seorang perawat
“Oh, baik.
Makasih ya mbak,”
“Iya bu”
dan ibuku pun menuju ke ruang dokter yang menanganiku tersebut.
“Bu,
penyakit anak ibu sudah parah. Anak ibu harus segera mendapat donor hati dari
keluarganya,” kata dokter laki-laki itu
“Apa tidak
ada jalan lain dok? Atau kalau perlu, dokter bisa ambil hati saya?!” kata ibuku
sambil menangis
“Maaf bu,
sample hati ibu tidak cocok dengan hati anak ibu. Kalau dipaksa, bisa berakibat
fatal,” jawab dokter itu iba.
“Ya sudah
dok, nanti saya pikirkan. Terima kasih dok.” Dan ibuku pun berlalu ke taman
rumah sakit…
“Mama!”
“Ryn? Kamu
sudah pulang sayang?”
“Iya ma.
Aku sama Devi,” kata kakakku sambil menggandeng sahabatnya itu.
“Selamat
siang tante,” kata Devi sopan
“Iya nak,
siang juga.” Jawab ibuku ramah.
“Loh, mama
kenapa nangis?” kata kakakku cemas
“Adikmu
nak, adikmu makin parah. Dia butuh hati secepatnya. Jika tidak…”
“Jika
tidak?” kata Ryn dan Devi bebarengan
“Jika
tidak, adikmu tidak bisa ditolong lagi.” Kata ibuku sambil kembali menangis.
Ryn yang mendengar itu langsung terduduk lemas, dan Devi mengusap-usap pundak
Ryn sambil menatap prihatin. Kemudian tiba-tiba Ryn berlari ke ruangan
dr.Ferdinand, ibunya dan Devi yang menatap bingung langsung menyusul ke arah
ruang dokter. Di ruangan itu, terjadi percakapan antara Ryn dan dr.Ferdinand
“Dok, bisa
saya menyumbangkan hati saya untuk adik saya?” Tanya Ryn penuh harap pada
dokter muda itu.
“Sebelumnya,
anda ini siapanya Felly?” kata dokter itu balik bertanya
“Sa..saya
kakaknya dok!” kata Ryn tergagap karena masih menangis.
“Ya,
sebenarnya bisa. Tapi, apa anda yakin? Anda msih remaja SMA mbak, hidup anda
masih panjang.” Jawab dokter itu sambil menatap Ryn iba.
Mendengar perkataan dokter itu, Ryn diam sejenak sambil
menatap ibu dan sahabatnya disamping. Ibunya menangis makin menyedihkan dan
Devi menatap Ryn dan akhirnya ikut menangis karena tidak tahan akan suasana
mengharukan itu.
“Ma, boleh
Ryn pergi?” Tanya Ryn pada ibunya, sementara ibunya tak mampu berkata-kata
masih menangis sambil menggeleng.
“Kamu sudah
tau jawaban mama, tapi kenapa kamu masih bertanya? Tentu saja mama tidak rela
sayang” jawab ibunya.
“Tapi Ryn
udah SMA ma, Ryn udah ngerasain SD, SMP, sedih, bahagia, susah, senang, Ryn
udah pernah ngerasain itu semua, sementara Felly belum ma, Felly bahkan belum
lulus SMP” kata Ryn tetap kukuh pada pendiriannya.
“Ngga sayang,
mama ngga rela!” kata ibunya dan menangis makin kencang. Ryn yg melihat itu
langsung memeluk erat ibunya
“Ma, kalo
Ryn pergi, mama masih punya Felly! Mama sendiri yang bilang kalo Felly mirip
sama Ryn, jadi… Ryn pergi ya ma? Mama ngga usah sedih, kasihan Felly kalo tau
mama nangis sedih gini gara-gara dia. Ma, relain Ryn pergi ya?” kata Ryn
sedikit memohon kali ini. Semua yang ada disitu, dokter, seorang perawat, Devi,
dan Ryn sendiri sekarang berdebar menunggu jawaban mamanya.
Akhirnya dengan sangat terpaksa, mamanya pun mengangguk.
Semua yang disitu menghirup nafas lega, kecuali Devi. Devi mendekap Ryn erat
“Kamu mau
ninggalin aku nih?” kata Devi berlinang air mata.
“Nggak kok,
suatu saat pasti kita ketemu, aku akan nunggu kamu disana Dev..”
Ryn pun segera menuju ke kamar rawat VIP adiknya, Felly
Ceklekk..
“Kak Ryn?”
panggilku lembut
“Iya dek”
jawab Ryn
“Loh, mama,
kakak, dan kak Devi kenapa menangis?” tanyaku dengan bingung. Tanpa menjawab
pertanyaanku, kak Ryn langsung memelukku erat sambil menangis..
“Dek, kakak
mau pergi jauh. Kalo kakak pergi, kamu ngga boleh sedih ya? Janji sama kakak
kamu bakal jagain mama dan papa dan membahagiakan mereka?” kata Ryn
“Kakak… mau
kemana?” tanyaku makin bingung.
“Ehm, kakak
mau pergi ke suatu tempat. Suatu saat, kita pasti ketemu kok!” kata Ryn mencoba
tersenyum walau masih menangis.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum polos. Kulihat ibuku dan
Devi juga menangis, tapi lalu datang dokter dan perawat yang menyuntikku dengan
obat bius hingga aku tertidur..
Esoknya…
Entah ada apa hari ini, perasaanku tenang, rasanya berbeda,
tapi aku tak tau apa yang berbeda, kemudian ibu dan kak Devi datang.
“Ma, kak
Ryn mana?”
“Kan
kemarin kakakmu sudah bilang, dia mau pergi,” jawab mamaku.
“Felly,
kamu mau ketemu kakak kamu?” Tanya kak Devi kali ini
“ Hah? Apa
dokter mengizinkan?!” tanyaku heran
“Tentu saja
Fel! Kamu udah sembuh, ada hati baru di tubuhmu. Hatimu yang rusak sudah
diganti” jawab kak Devi
“Benarkah?!
Ternyata muzizat itu menghampiriku” kataku bahagia sambil tertawa, menangis,
senang, smua perasaan bercampur jadi satu.
“Jadi nggak
kita rumah Ryn?” Tanya kak Devi lagi
“Hah?
Rumah? Kak Ryn punya rumah?” kali ini aku benar-benar heran
“Sudah, ayo
ikut saja,” ajak ibuku dan kak Devi.
TERBARING DENGAN TENANG
AURYN PRAMUDIKA
Lahir : 27-2-1993
Meninggal :
16-6-2011
aku
serasa masih tak percaya melihat kuburan didepanku itu. Bercampur perasaaanku.
Di satu sisi, aku senang dapat sehat kembali, sementara di sisi lain, aku masih
tak habis pikir. Mulia benar kakakku ini, dia rela menyerahkan nyawanya kepada
Tuhan demi menyelamatkanku. aku tersenyum.
“Kak, sampai ketemu disana, aku
berjanji akan memegang janjiku kepada kakak kemarin.” Kataku sambil berlinang
air mata dan tersenyum.
Kemudian
aku, ibuku, dan kak Devi pun pulang ke rumah.
Kakak, akan kujaga hatimu ini…… ***
Do Not Ever Change
(By. Bertha)
hmm.. bahagia'nya jdi Ilham, udh ganteng,
pinter, tajir, byk yg ngefans pula! ilham adalah slah satu anak pejabat trkenal
di Indonesia, bhkan keluarga'nya trmasuk org kya ke-3 di negeri kita. tp
sayang, ada satu masalah dalam diri ilham yg hanya dy sendiri yg tau...
reza : ilham
bgun!!! lo mw skolah ngga?!
ilham : hah?
nggak ah.. (tdur lg)
reza : ebused,
sarap nih anak?! ilhaam!!!!!!!!!!!
(ilham yg
mendengar teriakan reza yg menggema kontan menutup telinga'nya smbil ikut
berteriak tak mau klah dgn kk'nya tsebut)
ilham :
gamauuuuu!!!!!!
ibu : ya tuhan,
reza kmu ngpain?! ibu kan cuma nyuruh kmu bangunin ilham?! kok kalian malah
lomba triak2 gini sih?!
reza : ilham tuh
bu! reza suruh bgun ngga mau bgun... :(
ilham : engga
bu! reza ngga nyuruh ilham bgun, reza malah marah2 n' bilang ilham sarap!
ibu : iya reza?
reza : ya allah
bu, reza udh triak2 bgunin ilham bu! reza puasa, mana mungkin reza bohong...
ibu : ilham?
ilham : tserah
lah, ibu emg pilih kasih! (langsung ke kmar mandi)
ibu : ya ampun
ilham, bkan gtu nak!
reza : heh
ilham! jgn kurang ajar lo ama ibu sndri ! durhaka lo!
ibu : sudah,
sudah reza, kmu duluan aja..
reza : y udh bu,
reza ke skolah dlu :)
ibu : ya nak,
hati2.. inget ya nak? ibu syang skali sama kmu
reza : reza jga
syang sama ibu
ilham yg berada
dikamar mandi, sedang menggosok gigi, mencerna smua omongan reza dan ibu'nya
dgn jelas..
ilham : knapa
ibu cuma sayang sama reza? ibu ngga prnah bilang sayang sama gw. apa krna reza
lbih pinter dari gw? reza rangking 1, n' gw cuma rangking 2 di skolah? ibu
jhat.. gw benci sama ibu! (ngomong dlem hati) tak terasa butiran air murni
menetes perlahan di mata ilham. ilham sedih
@skolah
ilham : pagi
pak..
guru : ilham?
knapa kmu telat?
ilham : maaf
pak, saya telat bangun
guru : telat
bangun?! itu kah alasan kmu?! alasan basi. skrg taruh tas kmu, dan hormat di
tiang bendera sampe istirahat!
ilham : iya
pak..(pasrah)
@tiang bendera
ilham : gw lagi.
gw lg yg slah, n' gw yg kena. gw dosa apa sih?! sial bget hdup gw?!
reza : loh,
ilham?! lo ngpain dsini??
ilham : hmm. elo
kak. gw dhukum.
reza : kok bza?
ilham : gw
telat.
reza : sabar
yach...(tersenyum miris, dan reza pun prgi)
ilham : mungkin
lo bza senyum kak, tp gw akan bkin lo ngga bza snyum lg...
@jam istirahat
reza : ilhaaam!!
ilham : napa?
reza :
perpustakaan yuk? ada bku2 baru :D
ilham : ngga
kak, mkasih. gw ke lab.ipa sama dicky n' bisma aja.
reza : oh gtu..
gw dluan ya? oh ya, lo mw tmenin gw ke toko kaset ngga entar?
ilham :
sorry kak, gw n' tmen2 gw mw jenguk si morgan ntar. morgan skit. (ilham
pun langsung berlalu ke kelas'nya)
@kantin
rafael : door!
reza : busyet..
gila lo raf ! mw bkin gw jantungan apa?!
rafael : tapi
blom jantungan kan?! :p
reza : hampir..
-,-
rafael :
abiz'nya elo sih, dari tadi diem aja. ada apa sih?! spa tau gw bza bantuin?
crita donk??
reza : yakin lo
mw dgerin gw curhat? tadi guru lg ngomong aja elo tdur di klas! :D
rafael : ya, itu
kan beda masalah... :p
reza : idih,
sama aja lg! apa beda'nya?! :D
rafael : ah, udh
lah! cpetan crita deh, byakan ngomong lo -,-
reza : okey, jdi
gini.. lo tau ilham kan ade gw?
rafael : ya tau
lah! spa sih yg gk knal kalian?? org kaya ke-3 di negeri ini?!
reza : nah itu
masalah'nya! gw ngrasa, akhir2 ini si ilham brubah deh :(
rafael : hah?
brubah?! brubah jdi apa? msih ada kaki'nya kan? kaki'nya msih napak di lantai
kan?! :p
reza : yaelah
malah bcanda! gw serius nih! :@
rafael : haha,
iya2... lanjutkan!
reza : nah gtu,
dy jdi menjauh gtu sama keluarga gw, dy jarang pulang skrg. biasa'nya dy
tiap malem main ke kmar gw ngacak2 komik one piece gw, tp skrg dy gk prnah ke
kmar gw lg, truz dy cuek gtu deh! beda bget sama ilham pas SMP, gw ngrasa... si
ilham brubah! tp gw gtau apa sebab'nya :(
rafael : hmm,
parah jga msalah lo! gw ada ide..
reza : ide apa?
rafael : gmna
klo ntar pulang skolah kita ikutin ilham?!
reza : ikutin?
rafael : iya!
kan kta lo dy jarang pulang, y kita ikutin aja ntar pulang skolah??
reza : hmm..
boleh dech ;)
@pulang skolah
rafael :ayo rez!
reza : iya..
@parkiran
rafael : eh rez,
kita naik motor gw aja!
reza : naik
motor?
rafael : iya,
klo kita pke mobil lo, kliatan bget dari spion! klo naik mtor kan kita pke
helm, jdi kaga bakal ada yg ngenalin..
reza : truz
mobil gw gmna??
rafael : tinggal
dlu dsini !
reza : oke deh,
ayo cpetan, ilham udh jlan tuh!
rafael : siip
@di slah satu
hutan di bandung
rafael : rez, lo
tau tmpat ini? serem amat >_
reza : mana gw
tau! udh lah ikutin aja mobil ilham!
rafael : klo
nyasar gmna?
reza : kaga
bakalan deh!
rafael : y udh
yuk..
@di bagian hutan
trsembunyi, ilham menghentikan mobil'nya dan turun menuju ke blakang slah satu
phon besar
ilham :
(bersiul)
rangga :
akhir'nya lo dteng ham. nih psenan lo! inget ya, gw ngga tanggung jwab klo ada
yg tau!
ilham : iya
tnang aja! gw sendirian kok ksini'nya.
rangga : y udh.
hati2 sama tuh barang! msalah tanggung sndri..(rangga pun berlalu dari situ)
reza : itu apa'an
ilham?
ilham :
ka'reza?! :O
reza : itu apa
ham?!
ilham : ini..
ini bkan apa2 kok..
rafael : hap,
dpat !
(oalah, trnyata
rafael mengendap-endap ke blakang ilham dan mengambil barang itu)
rafael : ini
rez, barang'nya..
reza : thanks
bro..
ilham : balikin
reza!!
reza : gw gk
akan balikin seblum gw tau apa barang ini..
ilham : lo nggak
akan ngerti za!
(reza n' rafael
pun membongkar bungkusan kcil itu)
rafael : reza,
kya'nya gw tau ini bubuk apa..
reza : apa'an?
rafael : NARKOBA
za! ini shabu-shabu!
reza : ya allah,
apa bner ham?!
ilham : klo
bner, lo mau apa za? lo ngga ush sok ikut campur urusan gw deh! lo ngga ngerti
perasaan gw!
reza : gw kk lo,
urusan lo, urusan gw jga! skrg gw tny, apa mksud lo pke barang ini?
ilham : (diam)
reza : ILHAM
JAWAB !
ilham : (ilham
yg dibentak bgitu sontan saja kaget dan mnjawab dgn marah) gw benci ama lo kak!
reza : ama gw?
mksud lo apa?! (reza menarik kerah bju ilham sperti org mengajak brtengkar)
rafael : reza
lepasin! dy ade lo za! za sadar! lo lg puasa!
reza : ya
allah...(reza melepaskan kerah bju ilham)
ilham : gw bnci
ama lo kak, ibu cuma syang ama lo, lo ngga prnah dhukum sama guru, lo pinter
lbih dari gw. gw iri sama lo kak!
reza : ya ampun
ilham....(memeluk ilham)
ilham dipelukan
reza langsung saja menumpahkan air mata kesedihan'nya, rafael yg melihat ikut
terharu dan berusaha menahan air mata #ya elah, ka'rafael nangis doank kok
gengsi :p
reza : ham,
dgerin gw.. gw sayang ama lo, ibu jga syang ama lo, lo anak ibu, lo ade gw,
mana mungkin kita ngga syang ama lo ham? mana mungkin? biarin lo jhat ama gw,
lo bnci ama gw, tp gw ttep syang ama lo, lo ade gw ham!
ilham :
ka'reza.. maafin gw yah? gw byak slah ama lo, gw cuma bkin lo n' ibu repot, gw
ngga pantes jdi ade lo!
reza : ssst....
ilham jgn ngomong kya gtu donk?! gmanapun elo, gmanapun keadaan elo, lo ttep
ade gw. inget itu ham! n' gw minta satu hal ama lo.. please do not ever change
ilham : iya za.
gw janji gw bkalan brubah kya dlu lg, gw ngga akan kya skrg lg.. ;)
reza : nah, itu
bru ade gw! skrg kita pulang ya? lo mw mnta maaf ama ibu kan?
ilham : mau
kak.. :)
rafael : woy,
woy, ini barang gmna?!
ilham : barang
itu tumpahin aja ditanah, truz siram pke air!
rafael : yee..
kurang ajar lo, emg gw babu lo? enak aja nyuruh2 -,-
reza+ilham :
hahahaha :D
ilham : y udh
sini gw yg buang?
rafael : yah,
telat... udh jatoh bubuk'nya... :p
ilham : ah
ka'rafael ! :@
smua : hahaha :D
Si Kembar Liburan
(By. Bertha)
Suasana masih sepi pagi hari itu, maklum masih pukul 04.30. Namun si
kembar Inda dan Indah sudah bangun dan mempersiapkan barang-barang mereka untuk
liburan. Liburan kali ini sangat istimewa bagi mereka berdua, karena diizinkan
oleh Ayah untuk berlibur ke rumah Tante Nana di Bandung.
“Inda, handuk aku mana?”
Tanya Indah tiba-tiba pada saudaranya.
“Gatau Ndah, kamu taruh
dimana?”
“Yee,, kalau tau juga mah
aku nggak bakalan nanya!”
“Hihihi, ya sorry. Coba
liat di lemari,”
“Horee,, ketemu!”
“Huh..” sungut Inda
sambil memeletkan lidah pada saudaranya.
Tok…tokk…tokkk
“MASUK!!” jawab Inda dan
Indah berbarengan.
“Ya ampun adik-adikku ada
apa pagi-pagi udah ribut?” Tanya Dhini, kakak mereka yang terganggu tidurnya
karena mendengar suara-suara berisik dari kamar adik kembarnya tersebut.
“Enggak kok teh, ini kita lagi
siap-siap buat berangkat nanti. Kan kereta nya jam 08.00 teh. Teh Dhini kok
udah bangun? Tumben. Hihihi” jawab Indah.
“Gimana nggak bangun
denger suara-suara berisik dari kamar yang cuma pisah tembok! Hmm,, siap-siap
nih. Ciyee si kembar mau liburan ni yee” ledek Dhini.
“Yee apaan sih teteh,
biasa aja kalik! Orang Cuma ke rumah tante Nana seminggu doank.” balas Inda
sebal mendengar ledekan kakaknya tersebut.
“Seminggu doank kok
barang bawaannya kaya orang mo ngungsi banjir?? Hahahaha!” ledek Dhini kembali
diiringi tawa sambil berlari meninggalkan kamar si kembar dan sukses dilempar
menggunakan bantal guling oleh Indah.
Pukul 08.00 tepat, Inda
dan Indah telah usai bersiap dan akan segera diantar oleh ayah ke stasiun. Saat
sarapan, berkali-kali mereka diberi pengarahan dan nasehat mengenai tata cara
berkereta. Dari mulai “Ingat, jangan terima makanan dari siapapun” dan
bla…bla…blaa... Menu sarapan mereka pun bertambah 1 ! Nasi, susu, plus ceramah
dari sang mamah. Sehabis sarapan, mereka langsung menuju stasiun. Sesampainya
di stasiun, ternyata kereta mereka akan tiba sebentar lagi. Mereka pun
berpamitan pada ayah dan teh Dhini, lalu segera menuju gerbong dalam kereta
mereka. Tak lama kemudian, kereta pun berangkat. Indah menghubungi tante Nana
untuk mengabari bahwa mereka sudah naik kereta dan minta dijemput saat sudah
sampai nanti.
“Naik kereta sendiri
ternyata asik ya?” kata Indah pada Inda.
“Iya, makanya kemarin aku
minta kita naik kereta sendiri sama ayah. Hasilnya? Dibolehin kan! Lumayan buat
pengalaman,” balas Inda.
“Eh Nda, aku ngantuk nih!
Kamu belum ngantuk kan? Kamu jaga ya. Nanti siang gantian deh kamu yang tidur
ampe sore,”
“Kamu sih tadi pake acara
bangunin jam 04.30, skarang ngantuk kan? Ya udah sana tidur. Aku yang jaga,”
Kereta melaju dengan
cepat. Pemandangan disamping jendela dinikmati oleh Inda sambil menjaga Indah
yang tidur dibahunya dan juga menjaga barang bawaan mereka. Tak terasa, waktu
sudah menunjukkan pukul 15.10 sore. Kereta mereka pun tiba di stasiun yang
dijanjikan tante Nana. Merekapun turun. Inda membawa ranselnya dan satu tas
jinjing bergambar kartun stitch dan
Indah juga menggendong tas ranselnya beserta satu tas jinjing bergambar kartun angry bird. Namun saat turun, mereka
malah kebingungan karena Tante Nana tak tampak di sekitar stasiun.
“Ndah, tante mana sih?”
“Aku juga gatau Nda. Tadi
katanya nungguin disini ya?”
“Iya, tapi kok belum
ada.”
Bahayanya, gelagat
kebingungan mereka pun terlihat oleh seorang wanita muda yang dari tadi rupanya
sudah mengawasi mereka. Sayang mereka tidak menyadarinya.
“Kita ke KFC dulu yuk?!
Itu ada!” Jerit Inda tiba-tiba yang menyadari bahwa perutnya minta diisi.
“Yah, kamu mah ngurusin
makan mlulu! Ntar kalo tante Na nyariin gimana?” jawab Indah yang kesal karena
saudaranya itu hanya memikirkan isi perutnya saja.
“Kan bisa sms. Udah ayo
ah!”
“Iya..iya..”
Rupanya wanita muda tadi
mengikuti si kembar sampai ke KFC dan mencari tempat duduk didekat tempat
mereka berdua berada. Si wanita tampak sedang menelpon seseorang, namun entah
siapa yang ditelponnya itu.
“Nda, aku cuci tangan
dulu ya!”
“Iya udah sana ati-ati”
“Oke deh”
Kesempatan bagi wanita
itu, saat Indah masuk ke toilet wanita, si wanita muda membuntutinya.
“Hallo adek manis!” kata
wanita itu tiba-tiba saat Indah keluar dari toilet.
“Eh, tante siapa ya?”
Tanya Indah bingung.
“Ow bukan siapa-siapa
kok, Cuma mau ntraktir kamu beli es krim,” katanya sambil tersenyum licik.
Sementara itu Inda yang
menyadari saudaranya belum kembali juga segera menyusul ke toilet sambil
menenteng barang-barang bawaan mereka. Saat menemui Indah sedang berjalan
beriringan bersama wanita itu, sontan saja Inda langsung menjerit, “INDAH!!”
dan yang dipanggil pun langsung menoleh. Namun aneh, Indah sepertinya tidak ada
respon mendengar panggilan Inda. Tatapannya kosong dan diam. Inda melihat
senyum licik diwajah wanita muda itu, dia pun menyadari sesuatu. Dengan cepat,
dia mengambil botol air aqua di tas nya, membuka tutup nya dan mencipratkan air
ke wajah Indah. Seketika Indah langsung sadar kembali.
“INDAH, LARI SINI NDAH!
JANGAN DEKET-DEKET SAMA TANTE ITU!” jerit Inda yang sudah lebih dulu menjauh.
Tanpa komando, Indah pun langsung lari menyusul saudaranya. Si wanita itu pun
marah dan mengejar mereka berdua. Untung saja mereka segera melihat mobil milik
Tante Nana, mereka segera memeluk tante nya yang berusia 30an itu sambil
berteriak histeris bercampur bahagia,
“TANTEE”
“Hallo kembar! Hey, ada
apa kok buru-buru, ngos-ngosan gitu sih?” Tanya tante Na heran melihat tingkah
kedua ponakan kembarnya tersebut. Seketika Inda langsung membalikkan wajahnya
mencari wanita muda licik tadi. Rupanya wanita itu sedang marah sambil
menendang batu. Sontan saja Inda langsung tersenyum bahagia sambil memeluk
Indah saudaranya.
“Ndah tau ngga?”
“Tau apa?” Tanya Indah
bingung melihat kelakuan saudaranya yang aneh itu.
“Kamu tadi dihipnotis
sama tante jahat itu! Makanya langsung aku cipratin air,” jawab Inda bangga
bercampur senang.
“Ah masa sih?” Tanya
Indah tak percaya.
“Gak percaya kan!”
“Ehmm, kayanya tante tau
deh apa yang barusan terjadi,” lirik Tante Na sambil tersenyum bangga pada
kedua ponakannya yang pintar itu…
THE END
12 Senyuman Rangga
(By. Bertha)
Hujan turun dengan
derasnya. Hari itu aku baru saja selesai syuting iklan. Segera aku menelpon
sopir pribadiku untuk segera menjemputku. Aku keluar sampai depan pintu utama
perusahaan Body Lotion itu. Banyak
orang lalu lalang dengan tergesa-gesa, entah takut kehujanan atau memang ada
kepentingan. Tak terlalu kupikirkan itu semua. Langsung kuambil handphone ku dari dalam tas ku dan
segera kutelpon sopir pribadiku. Namun apa itu? Tanpa sadar kulihat seorang
lelaki berlari ke arahku dan dengan cepat menarik tas ku. Aku pun langsung
menjerit sejadi-jadinya hingga mengundang banyak orang. Kulihat seorang pemuda
yang mungkin seumuranku berlari mengejar si pencuri tas itu dengan beraninya.
Aku pun semakin menjerit. Jangan kalian pikir aku menjerit karena ketakutan
pemuda itu dalam masalah, aku lebih mementingkan tas ku yang dijambret itu.
Isinya berjuta uang hasil dari kerjaku hari ini, dan tas yang digunakan mengisi
uang itu juga limited edition, mahal harganya. Namun tidak mungkin aku mengatakan
itu pada manager dan produser ku. Langsung saja terjadi adegan baku hantam
setelah pemuda itu menangkap sang pencuri tas, bak film-film action seperti yang sering aku tonton di
TV. Mataku membelalak lebar setelah melihat apa yang dikeluarkan dari saku pencuri
itu, sebuah pisau yang kuketahui ketajamannya melebihi cakar singa. Spontan
saja aku menangis, takut akan tas ku rusak, dan pemuda itu terstusuk pisau si
pencuri. Acara baku hantam itu semakin hebat, hingga ku lihat pencuri itu jatuh
tersungkur dan pemuda itu berjalan ke arahku dengan menenteng tas limited edition ku. “Ini tas kamu,”
ujarnya sopan. Kulihat kondisinya mengerikan, tangannya berdarah, dan bajunya
kotor terkena becek. Hujan sudah mulai reda. Kuterima tas ku dengan ucapan
terimakasih dan bertanya, “kamu mau minta apa?” secara ya, tahun 2012 modern
gini, apa sih yang gratis? Namun mataku kembali membelalak melihatnya
menggeleng. Apa mataku sudah rabun ya? “Engga usah. Aku ikhlas nolongin kamu,”
begitu katanya dan langsung berjalan pergi. Namun aku menahan tangannya. Aku
tak perduli ada wartawan dan fans-fans yang mengerubungiku, yang jelas sekarang
aku harus menunjukkan wujud rasa terima kasihku padanya. Aku pun menanyakan
nama dan alamatnya, “Nama kamu siapa?” tanyaku sambil mengulurkan tangan
mengajak salaman. Tak kuperdulikan tangannya yang berdarah, toh itu juga hasil
menolongku. “Rangga,” jawabnya singkat, jelas, dan padat. “Aku Melly. Rumah
kamu dimana?” tanyaku. “Nggak aku bawa rumahnya, berat. Emangnya kamu pikir aku
kura-kura kemana-mana bawa rumah!” jawabnya datar. Aku melonggo sejenak. Ingin
ku getok kepala pria bodoh ini. Namun aku tetap menjaga imej ku didepan para
wartawan dan fans-fans ku. Apa kata media nanti jika aku memaki pria yang baru
saja menolongku ini? Beberapa dialog konyol pun terjadi antara aku dan Rangga,
dan setelah kuketahui alamat dan nomor handphone
nya, segera aku pamit dan pulang segera.
Malam itu aku tidak langsung pulang,
aku memaksa manager ku untuk mengantar ku ke toko handphone mewah langganan ku. Aku membeli sebuah handphone yang sedang trendy di musim
ini. Namun jangan salah, bukan untukku handphone
itu! Aku membelikannya untuk Rangga sebagai tanda bukti terimakasih ku.
Sepulang ku dari toko itu, segera aku membungkus kado itu dengan kertas kado
berwarna pink manis kesukaanku, dan sesudah itu aku pun beranjak tidur karena
waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 malam. Keesokkan paginya, aku memaketkan
kado itu ke rumahnya. Namun apa yang kudapat? Sore itu sepulang syuting, aku
menemukan kado itu kembali tergeletak di kamarku. Pembantu ku berkata bahwa
Rangga datang dan mengembalikkan kado ku. Sebenarnya apa mau lelaki itu? Karena
kesal, tanpa sepengetahuan manager ku aku pun pergi ke sebuah café langgananku. namun aku terkejut
ketika sampai disana. Rangga sedang duduk di salah satu sudut café yang
agak sepi. Segera aku menghampiri dan mengajaknya mengobrol. “Hai Rangga,”
sapaku ramah. “Oh, hai Melly. Kita bertemu lagi ya,” jawabnya. Aku pun bertanya
mengapa dia mengembalikkan kado ku dan bertanya apa yang dia mau. Dan jawabnya
sama seperti malam kemarin, “Aku ikhlas nolongin kamu, nggak ngarepin apa-apa.
Emangnya kamu mau kasih aku apa?” tanyanya balik. Aku pun bingung menjawab
pertanyaan bodohnya itu. Dan dia tersenyum untuk pertama kali padaku. Aku
terkejut. Entah apa yang terjadi, namun aku merasa nyaman melihat senyumnya
itu. Kami pun kembali mengobrol dan melupakan masalah itu. Tak terasa waktu
sudah mulai malam, aku pun pamit padanya dan segera menaiki mobil ku yang sudah
menunggu di luar. Saat aku menutup kaca mobilku, dia tersenyum lagi padaku.
Senyum keduanya. Aku membalas dengan senyum termanisku, dan mobil ku pun segera
beranjak.

Sesudah itu, aku sering bertemu
dengannya. Aku pun mulai mendapat senyum-senyum ketiga, keempat, dan
seterusnya. Hingga sesudah senyum kesebelasnya, kami pun berpacaran. Rangga
adalah lelaki yang baik dan sopan, aku sangat menyayanginya. Namun semuanya
berubah setelah itu, sesuatu yang menakutkan dan paling aku takutkan pun
terjadi. Sebuah sinar mengerikan terlintas di depan mataku, sebuah sinar kilat
yang mengerikan dan paling kutakutkan. Hujan pun mulai turun dengan deras,
namun tak kulihat Rangga datang menemaniku. Aku pun berlindung dibawah sebuah
pohon besar, namun tetap saja tubuhku basah kuyup dan kedinginan. Dimana sih
kamu Rangga?! Aku nungguin udah 3 hari tapi kamu tak juga muncul. Panjang
umurmu Rangga, sesudah aku mencak-mencak karena lama menunggu, akhirnya kamu
datang juga. Tapi kamu ngapain malah duduk di tanah? Kamu bikin aku malu
Rangga! Apa kata orang nanti jika melihat Rangga, pacar seorang Mellyana Putri
sedang tersungkur di tanah? Namun aku juga merasa aneh, beberapa orang menatap
ke arahmu dengan tatapan iba. Apa mereka mengiramu seorang pemulung Rangga? Tuh
kan kamu udah bikin aku malu! Aku pun mendekatimu, namun kamu malah menangis.
Hah? Apa? Seorang lelaki seperti Rangga menangis? Aku heran dia menangis karena
apa. Aku memanggil namanya, namun aneh! Sangat aneh! Aku udah manggil-manggil
tapi kamu sama sekali nggak menengok ke arahku? Aku mulai kesal, dan aku pun
berusaha mendekati dan mengagetkanmu, namun aku malah terpeleset karena licin.
Aku pun terjengkang ke arah tanah tempat kamu sedang terduduk. Aku kaget bukan
main. Ternyata itu sebuah nisan. Kubaca tulisan yang tertera pada batu nisan
itu,
Bagaimana mungkin itu
nisan ku? Sementara aku sendiri sedang berada disini dalam kondisi sehat,
normal, dan bergaun putih. Tapi, apa barusan aku bilang bergaun putih? Segera
kucermati diriku. Bergaun putih bersih. Aku mencoba menggoyangkan tanganku
didepan wajah Rangga, namun tak ada ekspresi. Datar. Kusentuh bahunya, namun
ternyata tanganku tembus pandang. Kembali kilat besar menyambar, dan seperti
ada memory yang kembali terulang di otakku ***
“Melly, maafin aku donk!” kata
Rangga siang itu sesudah aku selesai syuting.
“Gak mau! kamu bohong sama aku!”
jawabku ketus dengan ekspresi ngambek seperti seorang anak kecil yang minta
dibelikan balon.
“Tapi aku nggak bohong, aku jujur
sama kamu. Waktu itu dia pingsan, makanya aku gendong. Kalo dia ambruk ke tanah
gimana?” belanya lagi.
“Biarin aja pingsan, pokonya gak
usah kamu angkat!” jawabku kali ini dengan nada ngambek. Haha, tau rasa si
Rangga. Sebenarnya aku hanya berpura-pura marah, supaya saat dia tau, dia akan
tersenyum dan aku pun akan mendapatkan senyum berharga ke dua belasnya! Aku pun
berpura-pura berlari. Rasakan Rangga, siapa suruh punya pacar artis yang jado
acting. Rangga pun mengejarku, sesuai dengan rencanaku. Aku pun menoleh ke
belakang. Kulihat seseorang mengikuti kami. Apa? Mengikuti? Siapa laki-laki
itu? Kulihat di tangannya membawa sebuah pisau. Selintas memory melewati
benakku, aku langsung ingat dan sadar. Pencuri itu! Pencuri yang waktu itu
menjambret tas ku dan Rangga menyelamatkannya. Firasatku mulai kurang nyaman,
entah sadar atau tidak aku pun berlari cepat ke arah Rangga. Kulihat pencuri
itu mengangkat pisaunya siap menusuk Rangga dari belakang. Aku segera berlari
memeluk punggung Rangga dan jleeb… Kurasakan
tulang belakangku seperti retak. Rangga ku pun selamat. Aku tertawa dan berkata,
“Rangga, I Love You! Jangan nangis ya kalo aku nggak ada,” aku tertawa, tertawa
sangat bahagia karena berhasil menyelamatkan pangeran hidupku. Tak perduli
bahwa aku kehilangan nyawa. Rangga yang sangat terkejut melihat itu pun
langsung memelukku. Namun tak seperti kuharapkan, bukan mendapat senyum ke dua
belas tetapi Rangga malah menangisi ku. Padahal aku kan tertawa. Kurasakan
mataku mengantuk, mengantuk, dan aku berada entah di negara mana. Sejauh mata
memandang, hanya putih warna yang dapat kupandang. Rangga yang mulai merasa
bahwa nafasku terhenti pun mulai timbul amarah. Dilihatnya pencuri itu yang
ternyata sama terkejutnya saat melihatku bersimbah darah. Rangga mengambil
pisau si pencuri yang tergeletak di tanah dan segera menusuk pencuri itu tepat
di dadanya, jleebb seketika si
pencuri pun rebah ke tanah. Polisi pun segera datang. Para polisi menangkap
Rangga sekaligus si pencuri yang ternyata sudah hilang nyawanya. Dan ternyata,
Rangga dinyatakan tidak bersalah. Selama 3 hari dia hanya merenung di rumah,
tak sanggup melihat proses pemakamanku. Barulah hari ketiga ini dia menemuiku.
Selesai. Ingatanku berhenti sampai
situ. Aku pun mengerti mengapa Rangga menangis. Tiba-tiba ada cahaya
mengelilingiku, dan aku pun menjadi manusia yang hidup kembali, namun hanya
beberapa menit. Tetap kukenakan gaun putihku.
“Rangga,” sapaku
“Me..Melly?” jawabnya
“Iya aku Melly. Kamu kenapa nangis?”
bukannya menjawab pertanyaanku, Rangga malah berusaha memelukku. Namun dia
terjengkang ke belakang. Rupanya aku tetap tembus pandang, hanya dapat dilihat
oleh Rangga, tidak orang lain. Rangga yang mulai menyadari bahwa aku tembus
pandang pun mulai duduk dan bertanya padaku, “Melly kenapa kamu ninggalin aku?
Harusnya kemarin kamu biarin aja aku yang ketusuk, aku yang mati,” katanya.
“Kamu aneh. Ngga mungkin lah aku biarin kamu ditusuk! Aku kan sayang kamu.
Waktu ku ngga banyak. Intinya sekarang aku mau bilang, kamu jangan sedih terus.
Walau aku pergi tapi aku nggak bakalan lupain kamu kok, aku bakal tetep ada, di
hati kamu..” jawabku, dan perlahan tubuhku mulai pudar, pudar, hingga tak
tampak mata manusia lagi. Rangga yang melihatku pergi hanya berucap lirih,
“Selamat tinggal Melly, I Love You…” Rangga pun segera beranjak dari pemakaman
itu. Dan setelah menutup pintu pemakaman, dia pun tersenyum. Senyum yang ke dua
belas untuk Melly yang dicintainya…. ***
Kereen berrr :D
BalasHapusyg mana yg keren?? mkaseeh :D
Hapus